Langsung ke konten utama

Ini bukan intervensi,,



Part  VI

Minggu sore (29/05) kami menelusuri kebun sawit yang baru di buka oleh warga di belakang base samp kami, disana terdapat beberapa tanaman yang sepertinya tanaman khas di daerah tasik betung ini karena dari beberapa penelusuran kami kedalam kebun sawit warga seluruhnya hamper  di Tanami terong kuning, bahkan tanaman terong kuning tersebut buahnya dibiarkan begitu saja tanpa di lakukan pemanenan. (sayang sekali padahal buahnya bagus-bagus)

Kemudian kami masuk kedalam areal kebun sawit masyarakat tersebut disana terdapat berbagai jenis tanaman yang di tanama oleh pemiliknya mulai dari terong kuning, cabe rawit, pepaya, serai, kunyit dan tentu masih banyak lagi,,,,


Saat kami telusuri kebun warga tersebut, begitu terhenyak nya kami saat melihat pemandangan yang ada di depan kami, disana terlihat hutan alami yang sudah menjadi hamparan ladang yang terbuka. Jika dilihat tampak wilayah ini berbatasan dengan hutan adat atau ladang ini memang hutan adat yang dibuka oleh masyarakat, padaha data yang kami dapat dari kepala desanya mengatakan hutan adat saat ini hanya tinggal 200 ha saja. (biarlah masyarakat yang mengolah lahan mereka,,dari pada perusahaan yang mengolah mereka tidak dapat apa-apa,,,,,)

Setelah puas melihat-lihat kebun warga tersebut kami memutuskan kemabli ke base camp dan kami melihat rombongan tim desa tasik sedang melengkapi quesioner di depan base camp, lalu ijul menyampaikan beberapa hasil quesionernya kepada kami. “kak, tadi kami nanya sama warganya rata-rata mereka mengeluhkan PT AA yang mengambil tanah mereka kak, trus ditambah lagi masyarakat di sini pada nggak tau cagarbiosfer itu apa dan mereka juga nggak tau kalo wilayah mereka ini masuk dalam cagar biosfer”, ujar ijul

Apa yang disampaiakan ijul tersebut memang benar adanya, beberap warga dan beberapa masyarakat yang aku temui tadi siang di danau tasik juga mengatakan hal yang sama bahwa mereka rata rata tidak tau bahwa wilayah mereka termasuk dalam cagar biosfer. Untuk memastikan apa benar tasik betung ini memang masuk wilayah cagar biosfer aku memastikannya dengan menghubungi bojes (karya riski) supaya tidak terjadi keasalahan lokasi dalam penelitian ini.

Pukul 19.00 WIB setelah makan malam kami melanjutkan diskusi (brefing kedua) apa hasil yang tim dapatkan saat mengambil data quesioner dari masyarakat tasik betung tersebut, diskusi di buka oleh sudarso. Kami sangat pusing dengan pidato pembuka yang disampaikan oleh sudarso yang sangat berbelit belit sahingga inti dari yang dia bicarakan untuk membuka brefing ini tidak tertangkap oleh kami dan yang lainya. (aduh darso,,kami maklumlah kamu masih belajar,,)

Mungkin si marto agak gerah dengan kondisi yang terjadi saat ini dan dia juga sempat mengungkapkan bahwa dia malu dengan kondisi brefing yang di bawakan oleh sudarso, karena udah sering si sudarso diingatkan saat di homestay tapi tidak ada perubahan juga,,,,,

Akirnya aku mengambil alih brefing malam ini karena ada kemungkinan tidak akan pernah selesai kalo begini keadaannya, aku lalu membuka brifing dan langsung menunjuk ijul untuk menyampaikan hasil pengambilan sampel tadi pagi karena ijul merupakan penanggung jawab quisioner,,,,

Paparan yang disampaiakan ijul jauh lebuh baik dari cara pemaparan yang dilakukan oleh sudarso, mulai dari metode yang di gunakan, kesulitan yang terjadi dilapangan. Aku begitu trkesima dengan yang disampaiakn oleh ijul dan beberapa tambahan cerita dari seluruh tim expedisi ini. Untuk melihat bukti keseriusan mareka aku meminta isian questioner yang telah mereka lakukan tadi pagi. 

Dan ternnyata cerita wah yang disampaikan mereka tidak sesuai dengan isi questioner yang mereka tunjukan kepada saya, rata-rata isian quisioner mereka kosong dan tidak lengkap untuk menuliskannya. Dan ini tentu saja tidak sesuai dengan standar penelitian karena hasil quesionernya rata-rata kosong dan dalam pembuatal LPJ juga questioner tersebut akan dilampirkan dan tentu ini sangat memalukan jika pelaporannya seperti ini.
Kak risa sangat marah apa yang dilakukan teman-teman saat pengambilan quesioner tidak dilaksanakan dengan baik, ditambah lagi hasil data questioner tidak lengkap dan tidak sesuai dengan apa yang disampaiakn mereka, dan tentu saja hasil yang dicapai saat brifing pertama tidak sesaui target serta mereka terkesan sepele dengan expedisi yang mereka laksanakan ini. 

Lalu aku bertanya dengan mereka, “sebenarnya teman-teman yang ikut dalam tim expedisi ini tau nggak sih apa yang kalian lakukan saat ini?”. Ujar ku. Tapi sayang pertanyaanku tidak ada yang menjawab baik dari ketua pelaksana expedisi ini atau dari anggota muda yang memang ini adalah follow up mereka. 

“apa tujuan dari expedisi kalian ini sebenarnya?”, ujar ku lagi. Namun jawaban dari anggota muda tidak sesaui dengan isi proposal yang mereka ajukan, hanya ijul yang tau apa tujuan dari expedisi ini,,,,,

Lalu aku berkomentar, ”jadi kalian tidak membaca atau memang tidak tau isi dari proposal kalian?, siapa yang membuat proposal ini, dirimu ijul yang buat proposal ini?. Ijul mengangguk mengiyakan pertanyaan ku.
“wah parah kalian ini masa kalian tidak memahami proposal kalian dengan baik, padahal yang aku dengar selesai dari expedisi ini katanya kalian mau ngadain workshop di kampus mengenai hasil expedisi kalian ini, nanti jika ditanya mana datanya dari peserta tapi kalian tidak bisa memberikan bukti berupa data nyata di lapangan.” Ujar ku

Aku berharap mereka mendapatkan pelajaran yang baru mengenai kejadian hari ini, karena ini bukanlah intervensi tapi pembelajaran yang hanya sedikit keras,,,,hehehe maaf ya kawan kawan anggota muda,,,
Karena hari semakin larut kami putuskan untuk menyelesaikan brefing ini dengan segera karena harus berdiskusi lagi untuk kegitana selanjutnya,,,dengan catatan mereka memperbaiki quisioner yang mereka lakukan hari ini,,,,,,

Bersambung.............

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembukaan Panen Raya Nusantara Disambut Meriah Oleh Pengunjung

·          Panen Raya Nusantara Mewujudkan Keadilan Ekonomi Komunitas Berkelanjutan.   foto via @borneoclimate Pembukaan panen raya nusantara diawali dengan pemotongan pita oleh bapak Deputi II Bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM, I Wayan Dipta disambut meriah dengan tarian yang dibawakan oleh masyarakat adat suku Papua dengan kolaborasi music dari Kesepuhan Badui. Dalam sambutan pembukaannya Wayan menyatakan bahwa ia sangat senang sekali diundang dalam acara Panen Raya Nusantara (Parara). Sebab visi dan misi dari bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM dengan Parara sangat sejalan. “Saat ini Kementrian Koperasi melalui UKM memiliki program memberdayakan produk-produk local dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang masuk kedalam negeri. Dengan adanya panen raya nusantara ini dapat kita kembangkan dengan kuat produk-produk local yang berkualitas,” ujar Wayan

Alat Musik Tradisional Yang Tak Lekang Oleh Zaman

Dok. Gurindam12 (Sewaktu meliput acara seni dihalaman gedung Idrus Tintin-Pekanbaru) Siapa yang tak kenal dengan gendang, baik usia belia, muda, dan tua tahu dengan alat music yang satu ini. Saat ini, alat music tradisional ini mampu bersaing dengan alat musik modern, bahkan permainan gendang ini dapat di padukan dengan alat music manapun.   Di Indonesia alat musik gendang ini termasuk alat musik tradisional, cara memainkan   alat musik ini adalah memukul dengan tangan, maupun dengan menggunakan stik kayu. Gendang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi, gendang ini terbuat dari kayu yang diatasnya diberi selaput (membran) yang biasanya terbuat dari kulit lembu atau dari kulit kambing. Jika gendang ini di pukul akan mengeluarkan bunyi yang nyaring, permainan gendang ini memiliki banyak fungsi dapat digunakan sebagai pengiring pencak silat, pembawa tempo atau penggagas dinamik dan sering juga gendang ini sebagia pelangkap untuk meramaikan suasana.    

Saatnya Pertanian ‘Back To Nature’

  Masyarakat dunia saaat ini semakin sadar akan bahaya yang ditimbulak oleh pemakian bahan kimia sintetis dalam pertanian, masyarakat semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.   Namun, petani sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sebenarnya terletak pada bagaimana cara mengolah pertanian organic ini supaya menajadi suks