Langsung ke konten utama

Pencak Silat Tradisional, Budaya Yang Hampir Terlupakan


Dok. Gurindam12.co


Pencak silat merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang saat ini digandrungi oleh negara lain, tercatat di beberapa negara mulai mempelajari pencak silat Indonesia. Namun bagai mana dengan nasib pencak silat tradisional Indonesia?

Saat ini pencak silat Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis, bahkan para pemuda dari negara lain mencoba mempelajarinya bahkan sudah dipertandingkan didunia Internasional.

Nah berbicara mengenai pencak silat tradisional, belakangan ini warisan kebudayaan ini mengalami kemerosotan dibandingkan dengan pencak silat yang sekarang digandrungi sebagai olahraga umum.

Epriyanto warga dari desa Batu Sanggan, mengeluhkan tentang kemerosotan warisan budaya pencak silat tradisional ini, bahkan dirinya sedikit mengingat bahwa saat ini pencak silat tradisional dikampungnya mulai tidak aktif lagi.


“Saat ini memang silat tradisional dikampung itu sudah mulai tidak aktif,mungkin dikarenakan kurangnnya minat para pemuda untuk belajar silat tradisonal, berbeda dengan pencak silat yang dijadikan sebagai olah raga  saat ini,” ujar Epri

“Kalau dikampung kami nama pencak silatnya bernama pencak silat bungo, memang yang lebih terkenal di Riau ini pencak silatnya adalah Pangean. Namun ajaran silat dari pencak silat Bungo dengan Pangean hampir sama, sayangnya tidak ada perlindungan dalam melestarikan budaya ini,” lanjut Epri

Hal senada juga disampaikan oleh Gilung masyarakat Desa Talang Durian Cacar , Talang Mamak. Ia mengatakan bahwa saat ini pencak silat tradisional di desa talang ini masih dilanjutkan oleh para tetua saja, sehingga untuk melaksanakan berbagai kegitan hari besar hanya dimainkan oleh pesilat tetua saja. Untuk melaksanakan kegiatan hari besar adat, hanya dua orang saja yang bisa memainkan silat tradisional ini.
“saya juga heran kenapa anak muda sekarang ini tidak mau belajar silat tradisional,” ujar Gilung.

Dari beberapa pernyataan diatas, mari sedikit kita menlongok sejarah lahirnya sejarah pencak silat ini, menurut berita yang disampaiakan oleh Wiki pedia pencak silat ini lahir dikarenakan adanya kebutuhan masyarakat untuk mempertahankan diri.
Namun pada kurun waktu tertentu, disebabkan situasi politik pada zaman penjajahan Belanda yang tidak begitu respek terhadap beladiri pencak silat, maka pengembangan pencak silat beralih dari aspek beladiri ke aspek seni. Hal ini merupakan salah satu taktik dari para pendekar pencak silat untuk tetap melestarikan pencak silat. Padahal jika diperhatikan lebih seksama, justru dalam seni pencak silat tersembunyi kaidah beladiri pencak silat.

Di Jawa Barat, di samping dikenal dengan aspek beladirinya, yang lebih dikenal dengan sebutan buah atau eusi, dikenal pula aspek pencak silat seni yang disebut kembang atau ibing pencak silat, sehingga apabila mendengar kata pencak yang terbayang oleh masyarakat Jawa Barat bukanlah suatu sistem pembelaan diri, melainkan suatu seni ibing pencak silat yang diambil dari gerak serangan dan belaan.

Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam ibing pencak silat, antara lain:

Pertama, unsur kekayaan gerak (wiraga) yaitu kekayaan gerak atau jurus-jurus yang dimiliki oleh seorang pesilat selama belajar di perguruannya, sehingga penampilannya menjadi tidak monoton atau membosankan apabila tampil di atas pentas (terutama dalam pertandingan seni pencak silat), tetapi apabila dalam kaulan (spontanitas) pada acara hajatan unsur kekayaan geraknya tidak begitu diperhatikan pesilat yang penting pesilat mampu memperagakan gerakannya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah pencak silat karena tidak terikat oleh sistem penilaian dari juri seperti dalam pelaksanaan pertandingan pencak silat seni.

Kedua, unsur irama (wirahma) atau musik, unsur inilah yang membedakan aspek seni dengan aspek yang lain dalam pencak silat. Gendang Pencak adalah merupakan sejenis alat musik tradisional yang biasa dipakai mengiringi pesilat yang tampil di atas panggung atau pentas dan alat tradisional ini sering digunakan dalam pertandingan pencak silat seni dan acara khitanan atau acara kesenian daerah lainnya,

Ketiga, unsur penjiwaan gerak (wirasa) yaitu salah satu unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang pesilat karena penjiwaan gerak ini sulit dipelajari dan dipahami pesilat di samping memerlukan waktu yang cukup lama. Penjiwaan gerak merupakan salah satu unsur yang mempunyai nilai seni beladiri tinggi dalam aspek pencak silat seni. Oleh karena itu, pesilat dituntut harus menguasai arti dan makna gerak pencak silat yang sebenarnya, serta mengerti maksud dan tujuan dari jurus-jurus dan teknik-teknik pencak silat yang dipelajarinya.


Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian

Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/ keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumbuhan Sebagai Indikator Dalam Pencemaran Lingkungan

  foto: Internet Tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator dalam pencemaran lingkungan, hal ini berkaitan erat dengan ekosistem yang ada disuatu kawasan tersebut. Dan pertumbuhan dari tanaman ini dipengaruhi langsung oleh lingkungan, tumbuhan akan dapat hidup dengan baik apabila kondisi pada kawasan tersebut menguntungkan. Suatu komunitas tumbuhan dapat berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, disebut indikator biologi atau bioindikator dengan kata lain dapat disebut juga dengan tumbuhan indikator.

Ramin-Ramin Itu Telanjang Berdiri

Catatan Perjalanan April 2012 Ramin-ramin itu telanjang berdiri. Ramin ini berada di kawasan konsesi HTI PT. SRL Ini adalah perjalanan saya dengan teman-teman jurnalis Pekanbaru bersama Eye on the Forest (EoF) menelusuri Ramin di Pulau Rupat. EoF ini merupakan lembaga koalisi LSM Lingkungan di Riau, Sumatera: WALHI Riau, Jikalahari (Jaringan Penyelamat Hutan Riau) dan WWF-Indonesia Program Riau. Ya perjalanan kami menuju Pulau Rupat untuk melihat secara langsung keberadaan pohon Ramin yang katanya hampir mengalami ‘kepunahan.’

Pembukaan Panen Raya Nusantara Disambut Meriah Oleh Pengunjung

·          Panen Raya Nusantara Mewujudkan Keadilan Ekonomi Komunitas Berkelanjutan.   foto via @borneoclimate Pembukaan panen raya nusantara diawali dengan pemotongan pita oleh bapak Deputi II Bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM, I Wayan Dipta disambut meriah dengan tarian yang dibawakan oleh masyarakat adat suku Papua dengan kolaborasi music dari Kesepuhan Badui. Dalam sambutan pembukaannya Wayan menyatakan bahwa ia sangat senang sekali diundang dalam acara Panen Raya Nusantara (Parara). Sebab visi dan misi dari bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM dengan Parara sangat sejalan. “Saat ini Kementrian Koperasi melalui UKM memiliki program memberdayakan produk-produk local dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang masuk kedalam negeri. Dengan adanya panen raya nusantara ini dapat kita kembangkan dengan kuat produk-produk local yang berkualitas,” ujar Wayan