Langsung ke konten utama

“Rencana Esok”



Part IV

Sabtu (28/05) malam ini masih malam kedatangan kami ke desa tasik betung ini, brefing yang kami lakukan sekarang beralih dengan topic rencana awal esok pagi. Cerita mengenai konflik yang ada di desa tasik besung akan menjadi catatan bagi kami, karena tujuan awal kami adalah mengadakan penelitian mengenai cagar biosfer. 

Temaran lampu badai menemani kami untuk terus mengadakan brefing ini, walau tidak seterang cahaya lampu neon tidak menyurutkan kami untuk beranjak meninggalkan brefing ini. Mengenai rencana esok, Jul ningsih sebagai coordinator pengambilan sampel secara questioner memaparkan rencananya kepada semua tim. Rencana yang dilontarkan oleh jul memang belum matang lalu kami mengarahkannya agar hasil pencapaian penelitian ini menjadi sempurna,, (di dunia ini memang tidak sempurna Cuma kalo untuk mendapatkan data kata itu boleh di gunakan hehehe,,,,,,)


Rencana dimulai dari berapa jumlah desa, jumlah kepala keluarga (KK), dan siapa yang berhak yang kami wawancara. Beberapa data yang kami dapatkan dari tim suvey sangat memudahkan kami untuk mengabil sampel untuk esok hari nya, berikut data yang kami dapatkan:

Jumlah desa       : 3 desa (tasik betung, desa baru, serta bukit batu)

Jumlah desa       : desa tasik betung 144 KK
                                 Desa baru 80 KK

Jarak desa baru dari desa tasik besung sekitar 200 Km

Wawancara        : yang berhak di wawancara adalah bapak-bapak atau laki-laki berumur diatas 20 tahun     dengan min berdomisili 2 tahun (kenapa kami disini memilih bapak-baoak karena hasil riset mengatakan bahwa bapak-bapak lebih tau mengenai kondisi kampungnya ketimbang dari ibu-ibu)

Jumlah quesioner: 25 angket 

Hasil diskusi pengambilan sampel secara quesiioner

Ø  Desa baru 80 KK sampel yang diambil 15 angket
Ø  Desa tasik besung 144 KK sampel yang diambil 25 Angket

Tim dibagi menjadi dua yaitu:

Desa baru            : Marto, jalal, erik, dan oki

Tasik betung      : ijul, elsa, arif dan sudarso

Metode pengambilan sampel diakukan secara mengikuti jalur jalan desa ijul dan elsa jalur sebelah kanan serta arif dan sudarso sebelah kiri (dengan sistim pengambilan sampel genap dan ganjil)

Setelah ijul memaparkan kembali kesepakatan mengenai metode pengambilan sampel ini, ijul kembali menerangkan isi yang ada dalam questioner terbut agar tim paham dengan isi dan cara pengambilan sample tersebut.

Setelah di sepakati hasil brefing malam ini kami pun beranjak untuk beristirahat agar esok apa yang telah kami rencanakan akan berjalan dengan baik. 

Bersambung…….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumbuhan Sebagai Indikator Dalam Pencemaran Lingkungan

  foto: Internet Tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator dalam pencemaran lingkungan, hal ini berkaitan erat dengan ekosistem yang ada disuatu kawasan tersebut. Dan pertumbuhan dari tanaman ini dipengaruhi langsung oleh lingkungan, tumbuhan akan dapat hidup dengan baik apabila kondisi pada kawasan tersebut menguntungkan. Suatu komunitas tumbuhan dapat berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, disebut indikator biologi atau bioindikator dengan kata lain dapat disebut juga dengan tumbuhan indikator.

Ramin-Ramin Itu Telanjang Berdiri

Catatan Perjalanan April 2012 Ramin-ramin itu telanjang berdiri. Ramin ini berada di kawasan konsesi HTI PT. SRL Ini adalah perjalanan saya dengan teman-teman jurnalis Pekanbaru bersama Eye on the Forest (EoF) menelusuri Ramin di Pulau Rupat. EoF ini merupakan lembaga koalisi LSM Lingkungan di Riau, Sumatera: WALHI Riau, Jikalahari (Jaringan Penyelamat Hutan Riau) dan WWF-Indonesia Program Riau. Ya perjalanan kami menuju Pulau Rupat untuk melihat secara langsung keberadaan pohon Ramin yang katanya hampir mengalami ‘kepunahan.’

Pembukaan Panen Raya Nusantara Disambut Meriah Oleh Pengunjung

·          Panen Raya Nusantara Mewujudkan Keadilan Ekonomi Komunitas Berkelanjutan.   foto via @borneoclimate Pembukaan panen raya nusantara diawali dengan pemotongan pita oleh bapak Deputi II Bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM, I Wayan Dipta disambut meriah dengan tarian yang dibawakan oleh masyarakat adat suku Papua dengan kolaborasi music dari Kesepuhan Badui. Dalam sambutan pembukaannya Wayan menyatakan bahwa ia sangat senang sekali diundang dalam acara Panen Raya Nusantara (Parara). Sebab visi dan misi dari bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM dengan Parara sangat sejalan. “Saat ini Kementrian Koperasi melalui UKM memiliki program memberdayakan produk-produk local dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang masuk kedalam negeri. Dengan adanya panen raya nusantara ini dapat kita kembangkan dengan kuat produk-produk local yang berkualitas,” ujar Wayan