Langsung ke konten utama

Alat Musik Tradisional Yang Tak Lekang Oleh Zaman

Dok. Gurindam12 (Sewaktu meliput acara seni dihalaman gedung Idrus Tintin-Pekanbaru)


Siapa yang tak kenal dengan gendang, baik usia belia, muda, dan tua tahu dengan alat music yang satu ini. Saat ini, alat music tradisional ini mampu bersaing dengan alat musik modern, bahkan permainan gendang ini dapat di padukan dengan alat music manapun.

 Di Indonesia alat musik gendang ini termasuk alat musik tradisional, cara memainkan  alat musik ini adalah memukul dengan tangan, maupun dengan menggunakan stik kayu.

Gendang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi, gendang ini terbuat dari kayu yang diatasnya diberi selaput (membran) yang biasanya terbuat dari kulit lembu atau dari kulit kambing. Jika gendang ini di pukul akan mengeluarkan bunyi yang nyaring, permainan gendang ini memiliki banyak fungsi dapat digunakan sebagai pengiring pencak silat, pembawa tempo atau penggagas dinamik dan sering juga gendang ini sebagia pelangkap untuk meramaikan suasana.   


Gendang  dalam bahasa Jawasering di sebut  Kendhang, bahasa Melayu disebut Gendang, bahasa Tausug/Bajau bahasa Maranao ada pula yang menyebutnya Gandang.

Setiap bangsa seperti Cina, Melayu dan India mempunyai gendang dengan nama yang tersendiri. Gendang boleh didapati dalam pelbagai saiz dan kegunaan. Ada gendang yang digunakan untuk persilatan bagi orang Melayu. Ada gendang digunakan bagi tari menari dan ada juga yang digunakan untuk menyambut perayaan atau pertabalan Diraja.

Mendengarkan music yang dikeluarkan oleh gendang ini kadang membuat suasana menjadi begitu ramai, tak ayal jika melihat para penabuh gendang ini beraksi membuat tangan kita menjadi sedikit gatal dan tak tahan untuk ikut menabuhnya.

Sejarah perkembangan Gendang Melayu dikatakan berasal dari India. Di Kedah masih terdapat gendang dua muka yang mempunyai persamaan bentuk gendang ‘mridanga’ yang terdapat dalam komuniti India di Malaysia. Ianya pada suatu ketika dahulu telah dianggapkan sebagai Gendang Keling, satu nama korupsi yang tidak wajar diketengahkan dalam kontek semasa. Kini gendang tersebut telah diterima sebagai sebahagian daripada jenis-jenis gendang Melayu.

Pengaruh Timur Tengah telah banyak memberi kesan kepada pembentukan alat-alat gendang di Malaysia. Alat-alat seperti Nekara, Meruas, Gedombak, Kompang, Jidor, Rebana, Dub serta Tar Rodatadalah terhasil daripada perhubungan perdagangan dan penyebaran agama Islam dirantau ini sejak sekian lama dan sekaligus memperkayakan lagi unsur-unsur serta nilai budaya masyarakat setempat.

Alat-alat seperti Gedombak yang terdapat didalam permainan Wayang Kulit di Kelantan mempunyai talian dengan ‘Dombak’ atau ‘Zarb’ di Iran dan ‘Darabuka’ di Iraq. Bagi gendang yang berbingkai (frame drum) seperti Kompang merupakan alat terpenting bagi meraikan majlis keagamaan masyarakat Islam di Timur Tengah. Alat-alat ini dikenali sebagai ‘Daira’ di Iran, ‘Bendir’ di Maghribi’, ‘Tar’ dinegara-negara Teluk dan ‘Duff’ di Syria.

Bagi gendang dua muka yang menyerupai ‘Jidur’ dan ‘Beduk’ di Maghribi dikenali sebagai ‘Tabl’ manakala gendang dua muka yang lebih kecil dikenali sebagai ‘Maruas’ atau ‘Manama’ di Bahrain. Gendang ‘Nakara’ seperti yang terdapat di Maghribi, Habsyah dan Sudan; sungguhpun terdapat istilah ‘Tabl’ atau ‘Tabla’ dikatakan berasal dari perkataan Arab yang bermaksud gendang, namun alat Tabla yang terdapat dalam permainan Ghazal di Malaysia berasal dari India.

Begitu juga dengan gendang Melayu juga berasal dari India dan mempunyai persamaan bentuk seperti gendang ‘Mridanga’. Suatu ketika dahulu istilah Gendang Keling sering digunakan bagi Gendang Melayu khususnya yang berkembang di Kedah dan di Perlis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembukaan Panen Raya Nusantara Disambut Meriah Oleh Pengunjung

·          Panen Raya Nusantara Mewujudkan Keadilan Ekonomi Komunitas Berkelanjutan.   foto via @borneoclimate Pembukaan panen raya nusantara diawali dengan pemotongan pita oleh bapak Deputi II Bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM, I Wayan Dipta disambut meriah dengan tarian yang dibawakan oleh masyarakat adat suku Papua dengan kolaborasi music dari Kesepuhan Badui. Dalam sambutan pembukaannya Wayan menyatakan bahwa ia sangat senang sekali diundang dalam acara Panen Raya Nusantara (Parara). Sebab visi dan misi dari bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM dengan Parara sangat sejalan. “Saat ini Kementrian Koperasi melalui UKM memiliki program memberdayakan produk-produk local dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang masuk kedalam negeri. Dengan adanya panen raya nusantara ini dapat kita kembangkan dengan kuat produk-produk local yang berkualitas,” ujar Wayan

Saatnya Pertanian ‘Back To Nature’

  Masyarakat dunia saaat ini semakin sadar akan bahaya yang ditimbulak oleh pemakian bahan kimia sintetis dalam pertanian, masyarakat semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.   Namun, petani sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sebenarnya terletak pada bagaimana cara mengolah pertanian organic ini supaya menajadi suks