Langsung ke konten utama

Wangi Indomie Menyatukan Kami





Ini tulisanku sewaktu mengikuti lomba kompetisi cerita mengenai salah satu merek perusahaan mie untuk ditayangkan di televisi, sayang tidak masuk dalam daftar publikasi. Ini ceritaku, mana ceritamu

 
By: dona rahayu

Waktu itu tahun 2007 kalau tak salah tanggal 2 nofember kami mengadakan pendakian ke gunung merapi Sumatra barat koto panjang. Mungkin tahun itulah tahun dimana terakir kalinya aku mengikuti pendakian bersama teman-teman, maklum karena  mulai sibuk untuk mengurus proposal penelitian ku. 

Sebelum keberangkatan menuju koto panjang, aku terlebih dahulu melakukan peking karena yang aku tau teman-teman ku pasti kurang menyiapkan segala hal termasuk dalam soal peking makanan. Mulai dari perlengkapan P3K, gula merah, beras, kacang hijau, coklat, dan tak lupa sepuluh bungku indomie rasa ayam bawang. Maklumlah waktu itu stok indomie di rumahku cukup memadai untuk aku bawa pergi ditambah lagi indomie memang menjadi stok makanan oleh si mama dari aku masih kecil, kalo kalo makanan di rumah sedang kosong atau si mama malas masak, heheheh. (karena kepergian ku rahasia aku diam-diam mengambilnya takut ketahuan, kalo ketahuan kan nggak dibolehin pergi). 


Setelah selesai peking akupun berpamitan dengan si mama, dengan mengaku aku pergi praktikum. Si mama harap maklum karena aku kuliah di fakultas pertanian Universitas Riau, jadi kalo praktikumnya bisa jauh-jauh . sesampainya dikampus kami pun berangkat,  dari Pekanbaru menuju koto panjang dengan menggunakan truk (hehe kami nebeng-nebeng truk supaya tidak keluar ongkos berangkat ke koto panjang, jadikan kami bisa irit dana). 

Dua belas jam kemudian kami akirnya sampai ke cadas merapi, dengan segudang keluhan,,,,ya soalnya kami membawa beberapa pendaki pemula…hehehe

Sesampainya di cadas merapi, lelah dan kelaparan akirnya melanda kami. Setelah mendirikan tenda dan sedikit perapaian kami pun bergegas mengumpulkan bahan makanan yang kami bawa sebelumnya. Setelah memasak makanan dan melahapnya kamipun beranjak untuk istirahat. Maklum lah kami sampai pada kondisi hari hampir senja.

Wah maaf aku lupa memperkenalkan tim ku, ada aku, fidra, sari, tata, reza, eko, hengki, awank, dan wewen. 

Malam hari kami berkumpul didepan perapian tenda, dengan memasak air hangat untuk menyeduh teh jahe,,,sebagian teman-teman ku tidak mau berkumpul untuk minum dan melihat pemandangan kota koto panjang dari atas cadas ini (mhm…padahal sangat indah) dengan alasan kecapean dan mengantuk. 

Karena udara begitu dingin, tentu saja membuat perut kami selalu menjadi lapar. Akirnya aku, sari dan bang wen sepakat untuk masak mie yang ku bawa dari rumah. Mungkin karena aroma mie nya terbawa oleh angin hingga sampai ke tenda sebelah membuat mereka seluruhnya keluar dari tenda,,,,hehhee,,,akirnya kami berkumpul juga sambil menikmati mie dengan melihat pemandangan yang luar biasa dari atas cadas ini. 

Dan tentu saja dengan sedikit sindiran “cie yang nggak mau ngumpul tadi,,,,bau mie yang udah masak baru ngumpul,,,,” dan teman ku hanya bisa bilang “hehehe…ia tadi ngantuk kali..” . 

Ternyata bau Indomi membuat kami berkumpul dan menikmati indahnya kebersamaan,,,,,,    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembukaan Panen Raya Nusantara Disambut Meriah Oleh Pengunjung

·          Panen Raya Nusantara Mewujudkan Keadilan Ekonomi Komunitas Berkelanjutan.   foto via @borneoclimate Pembukaan panen raya nusantara diawali dengan pemotongan pita oleh bapak Deputi II Bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM, I Wayan Dipta disambut meriah dengan tarian yang dibawakan oleh masyarakat adat suku Papua dengan kolaborasi music dari Kesepuhan Badui. Dalam sambutan pembukaannya Wayan menyatakan bahwa ia sangat senang sekali diundang dalam acara Panen Raya Nusantara (Parara). Sebab visi dan misi dari bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM dengan Parara sangat sejalan. “Saat ini Kementrian Koperasi melalui UKM memiliki program memberdayakan produk-produk local dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang masuk kedalam negeri. Dengan adanya panen raya nusantara ini dapat kita kembangkan dengan kuat produk-produk local yang berkualitas,” ujar Wayan

Alat Musik Tradisional Yang Tak Lekang Oleh Zaman

Dok. Gurindam12 (Sewaktu meliput acara seni dihalaman gedung Idrus Tintin-Pekanbaru) Siapa yang tak kenal dengan gendang, baik usia belia, muda, dan tua tahu dengan alat music yang satu ini. Saat ini, alat music tradisional ini mampu bersaing dengan alat musik modern, bahkan permainan gendang ini dapat di padukan dengan alat music manapun.   Di Indonesia alat musik gendang ini termasuk alat musik tradisional, cara memainkan   alat musik ini adalah memukul dengan tangan, maupun dengan menggunakan stik kayu. Gendang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi, gendang ini terbuat dari kayu yang diatasnya diberi selaput (membran) yang biasanya terbuat dari kulit lembu atau dari kulit kambing. Jika gendang ini di pukul akan mengeluarkan bunyi yang nyaring, permainan gendang ini memiliki banyak fungsi dapat digunakan sebagai pengiring pencak silat, pembawa tempo atau penggagas dinamik dan sering juga gendang ini sebagia pelangkap untuk meramaikan suasana.    

Saatnya Pertanian ‘Back To Nature’

  Masyarakat dunia saaat ini semakin sadar akan bahaya yang ditimbulak oleh pemakian bahan kimia sintetis dalam pertanian, masyarakat semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.   Namun, petani sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sebenarnya terletak pada bagaimana cara mengolah pertanian organic ini supaya menajadi suks