Langsung ke konten utama

Hutan Disepanjang Gunung Jadi, Merupakan Sumber Vital Bagi Masyarakat



 Expedisi Gunung Djadi. Kabupaten Kampar-Riau

Gemuruh air sungai yang mengalir deras disepanjang jalan menuju Desa Sungai Santi seolah-olah  menyambut kedatangan Tim Ekspedisi 12|12 (Ekspedisi di 2012 bersama dengan Gurindam12) yang dilaksanakan pada 29 desember 2011 sampai dengan 3 Januari 2012 waktu yang lalu. Secara administrasi Desa Sungai Santi berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Suasananya yang begitu alami membuat kami selalu takjub memandang aliran sungai santi yang bersih dan alami, belum lagi dengan pemandangan yang elok membuat kaki kami yang sedari tadi berjalan tak pernah merasa penat.

Beberapa ibu-ibu yang kami temui di sepanjang aliran sungai santi tengah sibuk melakukan aktifitas mereka masing-masing, mulai dari mencuci, mandi tengah asik bercengkrama dengan menggunkan logat khas asli penduduk kampar kiri hulu, saat kami mencoba melintasi kawasan aliran sungai tersebut untuk melaksanakan pendakian ke Gunung Jadi.

Hamparan hutan yang terbentang didepan mata kami tak membuat kami surut untuk melaksanakan pendakian ini, walau beberapa warga dan kepala desa sempat meragukan keberhasilan kami untuk sampai kepuncak gunung jadi, bahkan beberapa diantara pernyataan warga sempat membuat kami sedikit gelisah, “apa kalian tak takut mati?” ujar salah seorang warga kepada kami. Namun hal tersebut tetap tidak menggoyahkan niat kami untuk menuju puncak gunung Jadi. 


Gerimispun menghantarkan kami ke puncak



Sebelum berangkat ke gunung Jadi kami menyempatkan diri bercengkrama dengan Kepala Desa Sungai Santi dan hal ini juga merupakan sebagai data kami untuk melengkapi riset yang kami lakukan, yaitu mengenai peranan hutan bagi masyarakat Desa Sungai Santi.

Juanter yang merupakan Kepala Desa Sungai Santi mengemukakan bahwa Hutan sangat penting bagi masyarakat Desa Sungai Santi, kebiasaan masyarakat yang bergantung dengan hutan yang telah ada sejak dulu semakin tak terpisahkan. Bahkan masyarakat desa sungai santi memanfaatkan hutan alam sebagai mata pencaharian yang utama untuk menghidupi keluarganya.

“Kami memanfaatkan hutan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, dengan cara mengambil getah karet kedalam hutan, awalnya kami menanam karet didalam hutan tersebut walau hanya beberapa pokok batang saja. Namun setelah itu ditinggal untuk mencari dammar dan rotan yang ada didalam hutan, lama kelamaan karetpun berkembang pesat didalam hutan dan kami tidak lagi mencari rotan ataupun dammar kedalam hutan,” ujar Juanter.

Sebenarnya selain fungsi hutan sebagai mata pencaharian masyarakat yang menyediakan berbagai sumberdaya alam seperti Rotan, Dammar, Kayu dan lainnya. Hutan juga berfungsi sebagai penyangga ekosistem dialam, merupakan pengaturan tata air, dan merupakan penyangga erosi. Manfaat hutan dapat dikategorikan dalam dua hal, yaitu bermanfaat secara langsung dan bermanfaat secara tidak langsung. Berfungsi secara langsung maksudnya adalah hutan dapat dimanfaat oleh masyarakat dengan mengambil beberapa sumber daya alam didalamnya seperti yang diuraikan diatas. Sedangkan manfaat secara tidak langsung adalah makluk hidup dapat menikmati beberapa ekosistim yang ada didalamnya seperti ekosistim air, ekosistim hutan, dan beberapa habitat dari satwa liar

 Indahnya air terjun yang kami temui

Kawasan hutan yang masih alami alami akan membentuk ekossistem yang seimbang dan dinamis, fungsi hutan sangat berkaitan dengan segala aspek kehidupan makluk hidup. Tanpa hutan makhluk hidup tidak akan bisa bertahan dengan kurung waktu yang lebih lama, hal ini dikarenakan tidak adanyalagi keseimbangan yang terjadi dialam. Salah satu yang menjadi momok yang menakutkan ketika hutan tidak tidak berfungsi dengan semestinya adalah adanya ancaman global warming yang kian hari menjadi pusat perhatian khalayak ramai.

Hutan juga merupakan gudang penyimpanan air dan merupakan tempat menyerapnya air hujan kedalam tanah, dan mengalirkannya ke sungai-sungai yang berada disekitarnya bahkan dapat memancarkan titik-titik mata air didalam hutan biasanya ini disebut dengan fungsi Hidrologis.

Salah satunya adalah Gunung Jadi, hasil tim riset dari Ekspedisi 12-12 kami banyak menemukan titik mata air disepanjang kawasan gunung Jadi, beberapa titik mata air akan mengalirkannya ke beberapa daerah yang kawasannya lebih rendah sehingga menjadi kawasan sungai-sungai kecil dari beberapa jari-jari yang ada di Gunung Jadi.

Sungai-sungai kecil dari hulu inilah yang akirnya bermuara pada hilir sungai yang lebih besar, sehingga keberadaan sungai yang ada dikaki gunung Jadi dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ujung tombak kehidupan mereka. Dimulai dari alat transportasi untuk membawa getah karet kedesa tetangga, menjadi nelayan, mengkonsumsi airnya, mandi, mencuci, bahkan menjadikanya sebagai kakus.

 
 Bergaya setelah menemukan titik puncak G.Djadi

Kualitas air yang dihasilkan dengan adanya keberadaan hutan disekeliling desa ini sangatlah baik, hal ini dikarenakan bahwa hutan alam yang mengelilingi desa ini masih terjaga dengan baik. Sungainya yang jernih dan bersih membuat beberapa kumpulan habitat satwa air dapat hidup  didalamnya. Ratusan ekor ikan yang berada didalamnya menunjukan bukti bahwa kualitas air disepanjang aliran sungai santi masih terjaga kelestariannya.

Sepanjang perjalanan ekspedeisi yang kami lakukan, kami menemukan juga 7 (tujuh) titik air terjun yang kami simpan dalam GPS yang kami gunakan, mulai dari yang tingginya sekitar tujuh meter hingga sekitar tiga puluh meter. Gemuruh air terjun yang jatuh kebawah membuat suasana haru bagi tim ekspedisi kami, ini menandakan bahwa hampir keseluruhan dari perjalanan ekspedisi ini kami menemukan cerita yang komplit.

Mulai dari vegetasi hutan yang sangat beragam, beraneka jenis satwa yang kami temui walaupun hanya meninggalkan bekas berupa cakaran maupun jejak, menyusuri sungai yang berpotensi sebagai olah raga arung jeram, menemui beberapa goa yang juga memiliki potensi bagi para pegiat caving.

Vegetasi hutan yang sangat rapat menandakan bahwa kawasan tersebut terjaga dengan baik, kami menemukan beberapa tanaman kunci dari hutan ini. Meranti, Pinus, Rotan, Manau, Kruing dan tumbuhan Pakis merupakan tanaman kunci hal ini dikarenakan bahwa populasi yang sering kami temui sangat banyak tumbuh didalan kawasan hutan gunung djadi.

Di ketinggian puncak 865 meter diatas permukaan laut (mdpl) yang kami lewati hanya terdapat satu jenis tanaman saja yaitu populasi tanaman pinus, tanaman ini tumbuh subur dengan memiliki ketinggian yang relative pendek dari biasanya kira-kira tingginya hanya sekitar dua meter saja. Di beberapa ketinggian puncak yang kami lewati rata-rata tanaman yang paling kami temui adalah jenis tanaman kruing dan meranti.
Dari hasil beberapa penuturan masyarakat yang kami temui didesa sungai santi bahwa di dalam hutan tersebut juga ditemui tanaman gaharu, namun saat kami melaksanakan pendakian tim kami tidak menemui sebatang pohon gaharu pun.      

Hutan yang juga merupakan rumah bagi satwa yang hidup didalamnya juga banyak kami jumpai mulai dari jenis aves, mamalia, hingga reptile. Beberapa jenis dari aves diantaranya adalah Murai Daun, Elang dan burung Kuau. Bagi hewan yang tergolong mamalia yang kami jumpai hanyalah bekas cakaran dipohon serta beberapa jejak yang ada di tanah, pendugaan pertama dari tim riset ekspedisi adalah cakaran tersebut berasal dari kuku beruang dan harimau, serta beberapa kubangan yang juga kami temui diduga merupakan bekas kubangan dari tapir dan beberapa jejak babi hutan yang berbekas dibeberapa mata air yang kami temui dihutan gunung Jadi.


Lagi air terjun yang temukan sebelum memasuki desa Sungai Santi



Sedangkan pada reptile yang kami temui dua ekor ular dimana ular ini belum berhasil kami identifikasi, ciri-ciri yang kami temui adalah ular pertama memiliki tubuh berwarna putih dengan kepala sedikit oval, dan dibagian bawah kulitnya terdapat garis berwana merah sayang tim tidak mendapatkan foto dokumentasi karena sebelumnya ular tersebut tidak sengaja terinjak oleh salah satu tim sehingga ular tersebut melesat pergi meninggalkan tim. Sedangkan pada ular kedua tim sempat mendokumentasikan dengan ciri-ciri ular berwana merah hati dengan memiliki garis-garis bercorak hijau kira-kira penjang tubuhnya hanya sepanjang pensil.

Setelah tim berhasil menaklukan gunung Jadi, tim bergegas untuk melaksanakan ekspedisi lanjutan dengan mencoba menyusuri sungai untuk menemukan jalan pulang menuju desa sungai santi. Selama perjalanan menyusuri sungai kami memiliki banyak cerita yang seru mengenai perjalanan kami kali ini, kami menemukan tiga air terjun yang dengan gagahnya berdiri seraya menunjukan keanggunannya kepada kami.

Kami mulai memcoba menyusuri aliran air terjun tersebut dan kami mencoba menyamakanya dengan peta yang telah kami bawa sebelumnya dan tidak lupa kami mengambil titik koordinat untuk menetapkan jalur susur sungai kami, betapa kagetnya tim kami saat beberapa kilometer dari perjalanan kami kami menemukan kembali air terjun yang cukup tinggi dan memiliki kedalaman sekitar empat meter.

Ditambah lagi disamping beberapa air terjun yang kami temui kami juga melihat beberapa kelelawar berterbangan, mungkjin saja mereka terkejut atas suara gaduh yang kami timbulkan. Dan setelah kami selidiki ternyata disamping air terjun tersebut terdapat dua buah goa yang saling berdempetan, sayang sekali lagi kami tidak bisa mengambil gambarnya sebagai dokumentasi kami karena tidak dapat terjangkau oleh kamera kami.

Empat jam perjalanan kami saat menyusuri aliran daerah sungai ini, sebuah kejutan lagi-lagi menghampiri kami. Air terjun setinggai 70 meter berdiri megah mengalahakan kemegahan gedung pencakar langit yang ada dikota-kota, kami sangat takjub akan kebesaran tuhan yang telah menciptakan langit beserta isinya yang ada dimuka bumi ini. Air terjun yang menghubungkan tiga muara sungai ini sangat indah, sayang kami tidak bisa berlama-lama menikmati keindahannya karena kami harus segera bergegas menuju desa sebab persediaan makanan kami sangat terbatas.


Bergaya sebelum berangkat menemukan titik G.Djadi



Sesampainya kami dihilir air sungai yang deras walau hanya tingginya sepinggang orang dewasa mungkin saja cocok dijadikan sebagai olahraga air dengan menggunakan kayak atau kano dan ditambah lagi dengan pemandangannya yang sangat elok dengan kualitas air yang bersih.   

Namun kami tidak bisa membayangkan jika kawasan hutan gunung Djadi ini mengalami kerusakan, dan ini tentu akan mematikan mata air yang ada dikawasan gunung Djadi, sebab fungsi hutan yang ada dikawasan gunung Djadi yang sangat erat kaitannya dengan keberadaan mata air yang mengaliri sungai sungai kecil yang ada dikawasan ini, dan tentu ini juga berkaitan dengan kelangsungan makhluk hidup yang ada disekitar gunung Djadi ini. Kerusakan seluruh komponen ekosistim akan terjadi bila hutan disepanjang gunung Djadi sudah beralih fungsi. 


Pulang dan Pergi Ekspedisi, kami dijemput oleh mobil ini



Ha,, mari nonton cuplikan perjalanan kami


Komentar

  1. Keren.., saya dan kawan2 di Lawalata IPB menyebut kegiatan seperti ini Scienctific adventure

    BalasHapus
  2. wah,,,, saya baru tau. sepertinya bisa nih menggabungkan kegiatan bareng dengan kawan-kawan Lawalata IPB :)

    BalasHapus
  3. Ijin Tanya...

    Sudah Ada Jalur Pendakian Nya Saat Ini..............???

    BalasHapus
  4. Ijin Tanya...

    Sudah Ada Jalur Pendakian Nya Saat Ini..............???

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembukaan Panen Raya Nusantara Disambut Meriah Oleh Pengunjung

·          Panen Raya Nusantara Mewujudkan Keadilan Ekonomi Komunitas Berkelanjutan.   foto via @borneoclimate Pembukaan panen raya nusantara diawali dengan pemotongan pita oleh bapak Deputi II Bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM, I Wayan Dipta disambut meriah dengan tarian yang dibawakan oleh masyarakat adat suku Papua dengan kolaborasi music dari Kesepuhan Badui. Dalam sambutan pembukaannya Wayan menyatakan bahwa ia sangat senang sekali diundang dalam acara Panen Raya Nusantara (Parara). Sebab visi dan misi dari bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM dengan Parara sangat sejalan. “Saat ini Kementrian Koperasi melalui UKM memiliki program memberdayakan produk-produk local dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang masuk kedalam negeri. Dengan adanya panen raya nusantara ini dapat kita kembangkan dengan kuat produk-produk local yang berkualitas,” ujar Wayan

Alat Musik Tradisional Yang Tak Lekang Oleh Zaman

Dok. Gurindam12 (Sewaktu meliput acara seni dihalaman gedung Idrus Tintin-Pekanbaru) Siapa yang tak kenal dengan gendang, baik usia belia, muda, dan tua tahu dengan alat music yang satu ini. Saat ini, alat music tradisional ini mampu bersaing dengan alat musik modern, bahkan permainan gendang ini dapat di padukan dengan alat music manapun.   Di Indonesia alat musik gendang ini termasuk alat musik tradisional, cara memainkan   alat musik ini adalah memukul dengan tangan, maupun dengan menggunakan stik kayu. Gendang termasuk dalam klasifikasi alat musik perkusi, gendang ini terbuat dari kayu yang diatasnya diberi selaput (membran) yang biasanya terbuat dari kulit lembu atau dari kulit kambing. Jika gendang ini di pukul akan mengeluarkan bunyi yang nyaring, permainan gendang ini memiliki banyak fungsi dapat digunakan sebagai pengiring pencak silat, pembawa tempo atau penggagas dinamik dan sering juga gendang ini sebagia pelangkap untuk meramaikan suasana.    

Saatnya Pertanian ‘Back To Nature’

  Masyarakat dunia saaat ini semakin sadar akan bahaya yang ditimbulak oleh pemakian bahan kimia sintetis dalam pertanian, masyarakat semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.   Namun, petani sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sebenarnya terletak pada bagaimana cara mengolah pertanian organic ini supaya menajadi suks