Langsung ke konten utama

Brefing I, “kisah pilu tasik betung”



Part III

Setelah beberberes di base camp, kami sedikit berbincang bincang dengan ketua RT yang telah membawakan kunci kantor desa dengan harapan dapat pinjaman tikarnya (hehehe,,,,ngarep karena memang kami kekurangan matras). 

Ingin rasanya aku berbenah dan mandi supaya istirahat malam tidak merasa resah karena aku yakin malam ini akan terasa sangat panjang karena akan ada waktu untuk breffing, mengenai hari ini yang telah kami lakukan serta teknis esok pagi. Untunglah saya (sebenarnya see berdua sama kak rie) ditawari oleh seorang bapak (hahaha.,,,,maaf pak saya lupa nama anda) menawarkan kamar mandinya kepada kami,,,,, (huf,,,alhamdulilah ), dan kami pun bergegas,,,,,,(aku, kak rie, elsa dan ijul) akirnya yang mandi hanya aku ndiri dan tentu saja mereka jadi beraroma bucuk hehehe,,,,,,


Setelah makan rupanya team akan berkunjung kerumah bapak kepala desa, dan ternyata kunjungan itu memang sudah direncanakan. Team akirnya berangkat kerumah bapak kepala desa, yang tinggal di base came hanyalah aku bersama kak rie (kami tidur tiduran yang akirnya memang tertidur,heheh abis capek banget naik motor seharian,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!!!!) 

Pukul 21,34 WIB team yang berangkat kerumah kepala desa datang, dan akirnya saat itu juga kami adakan brefing. Disaat brifing sudarso yang merupakan ketua team expedisi ini memaparkan kegiatan yang dari awal keberangkatan hingga akir kegiatan hari ini. (dalam breefing tersebut tentu saja banyak kesalahan yang harus dipelajari oleh sudarso serta anggota muda lainnya. Namanya juga sedang belajar ya jadi enggak apa-apa,,,,)
Dalam brefing tersebut anngota muda menceritakan hasil pertemmuannya dengan kepala desa tasik betung, cerita ini dimulai dari masuknya PT AA ke Desa Tasik Betung ini. 

Tahun 2006 Waktu itu PT AA masuk ke desa tasik betung,   didalam desa tersebut sebenarnya dulu terdapat delapan desa tetapi saat ini hanya tinggal tiga desa saja. Lima desa tersebut sekarang ini sudah menjadi areal kebun HTI PT AA (ironis bukan….??) menurut Annas kepala desa Tasik betung, PT AA tersebut datang ke desa tasik betung dengan membawa surat resmi dari pemerintah pusat dan di tanda tangani oleh mentri kehutanan (kalau tidak salah saat itu mentri kehutanannya adalah MS Kaban) serta bupati siak (kalo tahun 2006 berarti masanya pak arwin ya???)

“kami tidak mau desa kami di jadikan areal perkebunan HTI oleh PT AA, karena pembukaan areal tersebut sangat merugikan kami karena lahan kami yang diambil tidak mendapatkan ganti rugi oleh PT AA tersebut. Adapun lahan kami yang diambil oleh mereka sebagian hanya di hargai Rp. 20000,-. Lahan yang mereka kelola ditanah kami tidak ada timbal balik nya, mereka berjanji tanah tersebut akan dikembalikan kepada kami namun sampai tahun ini dan detik ini tanah kami tak kunjung kembali”, ujar Anas (data ini diambil padahari berikutnya, Minggu (29/05 setelah kami mendengar penuturan erik)

Anas menambahkan bahwa, “kami sudah mencoba mempertahankan hutan kami dengan melihat beberapa bukti bahwa areal yang akan dijadikan HTI itu adalah meliki desa tasik betung. Mulai dari surat keterangan tanah dari dusun, serta beberapa bukti lainnya tetapi mereka tidak memperdulikan bukti yang kami bawa tersebut. Dan menurut mereka bukti kami tidak kuat jika dibandingkan dengan bukti yang mereka miliki yaitu surat yang ditandangani langsung oleh mentri kehutanan. Jadi apalah kami ini, kami tidak mengerti hukum dan kami juga takut karena surat mereka memang jauh lebih hebatnya dibandingkan dengan yang kami punya”. (bukti surat tanah yang dimiliki oleh kepala desa terebut sampai sekarang masih ada, dan erik anggota muda mengabadikan surat tanah tersebut dengan kameranya……)

Tidak hanya kepala desa yang mengatakan hal tersebut, rata-rata dari hasil quesioner yang kami sebar ke dua desa (desa tasik betung dan desa baru) mengatakan hal yang sama, bahwa tanah mereka dirampas dengan tidak patut. Sebenarnya di dalam quesioner tidak ada pertanyaan mengenai konflik tapi kami tulis juga dengan menambahkan catatan didalam kuesioner.  

Konflik ini masih berlangsung sampai hari ini, dan incaran mereka saat ini sepertinya akan tertuju pada hutan adat tasik betung (begitu dugaan masyarakat yang saya temui ditasik betung ini). Dan untuk kali ini mereka tidak mau menyerahkan hutan adat mereka yang hanya tinggal sekitar 200 Ha saja.

Ketika saya bertanya kepada bapak tersebut (dia tidak mau menyebutkan namanya), mengenai batasan hutan adat tersebut si bapak menjawab, “dulu saya tahu batasan hutan adat tersebut, Cuma permasalahannya berdekatan dengan Areal HTI milik PT AA jadi untuk sekarang ini saya tidak tau persis lagi dengan batas yang pernah kami buat, Karena ada beberapa patokan milik PT AA disana.”

“dan kami sangat merugi akan hal itu, karena lebih baik saya yang kelola kebun saya sendiri dan hasilnya bisa untuk saya. Jika kalau PT yang kelola tentu saya tidak mendapatkan hasil apa-apa.” Ujarnya lagi. 

Bersambung……   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumbuhan Sebagai Indikator Dalam Pencemaran Lingkungan

  foto: Internet Tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator dalam pencemaran lingkungan, hal ini berkaitan erat dengan ekosistem yang ada disuatu kawasan tersebut. Dan pertumbuhan dari tanaman ini dipengaruhi langsung oleh lingkungan, tumbuhan akan dapat hidup dengan baik apabila kondisi pada kawasan tersebut menguntungkan. Suatu komunitas tumbuhan dapat berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, disebut indikator biologi atau bioindikator dengan kata lain dapat disebut juga dengan tumbuhan indikator.

Ramin-Ramin Itu Telanjang Berdiri

Catatan Perjalanan April 2012 Ramin-ramin itu telanjang berdiri. Ramin ini berada di kawasan konsesi HTI PT. SRL Ini adalah perjalanan saya dengan teman-teman jurnalis Pekanbaru bersama Eye on the Forest (EoF) menelusuri Ramin di Pulau Rupat. EoF ini merupakan lembaga koalisi LSM Lingkungan di Riau, Sumatera: WALHI Riau, Jikalahari (Jaringan Penyelamat Hutan Riau) dan WWF-Indonesia Program Riau. Ya perjalanan kami menuju Pulau Rupat untuk melihat secara langsung keberadaan pohon Ramin yang katanya hampir mengalami ‘kepunahan.’

Pembukaan Panen Raya Nusantara Disambut Meriah Oleh Pengunjung

·          Panen Raya Nusantara Mewujudkan Keadilan Ekonomi Komunitas Berkelanjutan.   foto via @borneoclimate Pembukaan panen raya nusantara diawali dengan pemotongan pita oleh bapak Deputi II Bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM, I Wayan Dipta disambut meriah dengan tarian yang dibawakan oleh masyarakat adat suku Papua dengan kolaborasi music dari Kesepuhan Badui. Dalam sambutan pembukaannya Wayan menyatakan bahwa ia sangat senang sekali diundang dalam acara Panen Raya Nusantara (Parara). Sebab visi dan misi dari bidang Produksi Kementrian Koperasi Dan UKM dengan Parara sangat sejalan. “Saat ini Kementrian Koperasi melalui UKM memiliki program memberdayakan produk-produk local dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang masuk kedalam negeri. Dengan adanya panen raya nusantara ini dapat kita kembangkan dengan kuat produk-produk local yang berkualitas,” ujar Wayan