Langsung ke konten utama

Desain Bagi Public: Desain Yang Adil Dan Lestari


Dalam talkshow Desain Bagi Public: Desain Yang Adil Dan Lestari mengadirkan narasumber dari Panen Raya Nusantara (Parara) Jusupta Tarigan, Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanagara Toto Mujio Mukmin, Binus University, Institut Kesenian Jakarta Cecil Mariani dan Asosiasi Desainer Grafis Indonesia Adityayoga Gardjito.

Talkshow kedua dari festival Parara ini, membahas topik mengenai proses perancangan dan strategi ke depan dalam pengembangan produk komunitas local. Dengan memanfaatkan limbah-limbah yang ramah lingkungan, yang dapat menunjang keadilan dan kelestarian hidup masyarakat nusantara.


“Saat ini produk Indonesia sangat berkalitas, sayangnya terkendala pada desain yang kurang menarik sehingga tidak meningkatkan harga jual dari produk dari masyarakat. Dengan adanya parara saya berharap ini merupakan titik awal dari masyarakat untuk dapat menjual produknya, dan ini juga sebagai peluang bagi adik-adik di Binus untuk dapat mengembangkan disain produk masyarakat secara adil dan lestari,” ujar Jusupta Tarigan  

“Kampanye social untuk mengangkat isu masyarakat local khusunya dalam produk yang dihasilkan oleh masyarakat dapat mengangkat produk local menjadi potensial dan semakin berkembang. Dan ini sebuah awal bagi penyadaran kita bahwa produk local lebih baik dari produk-produk luar negeri,” ujarnya kembali.  

Cecil Mariani membenarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh Jusupta Tarigan, ia menilai bahwa dengan adanya Parara ini mahasiswa desainner dapat mengembangkan desain yang dapat mengangkat produk masyarakat sehingga menjadi berkualitas. Kita dapat melihat produk kita sendiri menjadi produk seperti kemasan dari luar negeri, ini merupakan langkah yang bagus sekali dan harusnya ini sudah dari dulu diadakan untuk menunjang produk-prduk masyarakat komunitas.  

“Kita dapat belajar sisitim di negara lain, untuk memasarkan produknya mereka mimiliki konsultan desain agar produk mereka dapat menembus pasar secara internasional. Dan ini juga pekerjaan rumah bagi kita sebagai peneliti-peniliti desainer. Mereka dapat melirik etnis-etnis tertentu untuk dijadikan penelitian desainnya.”

“Dan hal itu, menjadi catatan sendiri bagi desainer-desainer kita mengapa kita tidak mencoba mengadakan penelitian untuk ke wilayah-wilayah yang ada di daerah Indonesia dengan menciptakan desain yang ramah lingkungan untuk menunjang produk-produk local.


Adityayoga Gardjito juga menambahkan bahwa untuk menampilkan produk masyarakat yang berkualitas desain memang sangat dibutuhkan untuk menunjang produk agar harga produk dari masyarakat menjadi tinggi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramin-Ramin Itu Telanjang Berdiri

Catatan Perjalanan April 2012 Ramin-ramin itu telanjang berdiri. Ramin ini berada di kawasan konsesi HTI PT. SRL Ini adalah perjalanan saya dengan teman-teman jurnalis Pekanbaru bersama Eye on the Forest (EoF) menelusuri Ramin di Pulau Rupat. EoF ini merupakan lembaga koalisi LSM Lingkungan di Riau, Sumatera: WALHI Riau, Jikalahari (Jaringan Penyelamat Hutan Riau) dan WWF-Indonesia Program Riau. Ya perjalanan kami menuju Pulau Rupat untuk melihat secara langsung keberadaan pohon Ramin yang katanya hampir mengalami ‘kepunahan.’

Expedisi Merah, Sungai Serkap (1)

“Saya belum pernah melihat bagai mana bentuk dari ikan merah itu sendiri, hanya hanya mendengar berita dari mulut-kemulut mengenai ikan merah ini. Ditambah lagi katanya ikan ini hanya ditemukan diwilayah tasik ini.” Begitu yang disampaikan oleh K epala dinas (Kadis) Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau Irwan Effendi   sesampainya didepan rumah kepala desa Teluk Binjai kepada Gurindam12 (G12) Cerita expedisi ini bermula pada Senin (31/11) siang, Tim Expedisi Merah berangkat menuju Tasik Besar  yang berada dis ungai Serkap Semenanjung Kampar Kab upaten Pelalawan , guna menemukan ikan endemik diwilayah tersebut yang belum diketahui jenis dan namanya untuk dilakukan identifikasi.

Hutan Disepanjang Gunung Jadi, Merupakan Sumber Vital Bagi Masyarakat

  Expedisi Gunung Djadi. Kabupaten Kampar-Riau Gemuruh air sungai yang mengalir deras disepanjang jalan menuju Desa Sungai Santi seolah-olah   menyambut kedatangan Tim Ekspedisi 12|12 (Ekspedisi di 2012 bersama dengan Gurindam12) yang dilaksanakan pada 29 desember 2011 sampai dengan 3 Januari 2012 waktu yang lalu. Secara administrasi Desa Sungai Santi berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Suasananya yang begitu alami membuat kami selalu takjub memandang aliran sungai santi yang bersih dan alami, belum lagi dengan pemandangan yang elok membuat kaki kami yang sedari tadi berjalan tak pernah merasa penat. Beberapa ibu-ibu yang kami temui di sepanjang aliran sungai santi tengah sibuk melakukan aktifitas mereka masing-masing, mulai dari mencuci, mandi tengah asik bercengkrama dengan menggunkan logat khas asli penduduk kampar kiri hulu, saat kami mencoba melintasi kawasan aliran sungai tersebut untuk melaksanakan pendakian ke Gunung Jadi.