Langsung ke konten utama

Kelompok Wanita Tani “lestari mandiri” Hadirkan Produk Hutan Non Kayu di Panen Raya Nusantara

Prduk KWT "Lestari Mandiri " Lampung Hadir Di Panen Raya Nusantara
Dalam Festival Panen Raya Nusantara yang akan di gelar pada tanggal 6-7 Juni 2015 di lapangan Banteng Jakarta nanti menghadirkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari Mandiri yang akan memperkenalkan hasil produksi mereka dari Hutan dengan produk non kayu.

Produk kerupuk sayur organik
Beberapa produk hutan non kayu yang akan mereka bawa beberapa diantaranya adalah Jahe Merah organic, Jahe instan siap seduh, kerupuk sayur organic, madu hutan dll. KWT Lestari nadiri menjamin produk mereka lebih ramah lingkungan dan sehat untuk dikonsumsi karena tidak menggunakan pupuk kimia bahkan pestiaida.


KWT Lestari Mandiri terbentuk pada tahun 2013, dimana seluruh anggotanya adalah ibu-ibu yang dulunya bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit di Lampung. Penghasilan sebagai buruh sawit tidak  mencukupi untuk memenuhi konsumsi rumah tangga mereka sehari-hari, kemudian Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) melakukan pendampingan untuk meningkatkan perekonomian dalam rumah tangga yang berbasiskan komunitas. Sehingga terbentuklah KWT Lestari Mandiri.


YKWS berdiri pada tahun 2007 dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. YKWS melakukan kerja-kerja konservasi bersama masyarakat di Provinsi Lampung diantarananya pengelolaan dan penyelamatan DAS Seputih melalui program konservasi air dan tanah secara terpadu, Pengembangan dan Pengelolaan hutan rakyat berbasis komunitas, Pemanfaatan dan pengembangan energi Biogas, 

Peningkatan kapasitas masyarakat (kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani) melalui pendampingan, dan pelatihan. YKWS juga melakukan pendampingan dalam proses legalitas kayu melalui sertifikasi SVLK untuk hutan rakyat dan industrsi pengolahan kayu (IPK) yang dikelola Koperasi. Selain itu dalam upaya pengembangan kewirausahaan sosial oleh kelompok, YKWS juga melakukan pendampingan kelompok dalam pengembangan produk HHBK dan HHK.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramin-Ramin Itu Telanjang Berdiri

Catatan Perjalanan April 2012 Ramin-ramin itu telanjang berdiri. Ramin ini berada di kawasan konsesi HTI PT. SRL Ini adalah perjalanan saya dengan teman-teman jurnalis Pekanbaru bersama Eye on the Forest (EoF) menelusuri Ramin di Pulau Rupat. EoF ini merupakan lembaga koalisi LSM Lingkungan di Riau, Sumatera: WALHI Riau, Jikalahari (Jaringan Penyelamat Hutan Riau) dan WWF-Indonesia Program Riau. Ya perjalanan kami menuju Pulau Rupat untuk melihat secara langsung keberadaan pohon Ramin yang katanya hampir mengalami ‘kepunahan.’

Expedisi Merah, Sungai Serkap (1)

“Saya belum pernah melihat bagai mana bentuk dari ikan merah itu sendiri, hanya hanya mendengar berita dari mulut-kemulut mengenai ikan merah ini. Ditambah lagi katanya ikan ini hanya ditemukan diwilayah tasik ini.” Begitu yang disampaikan oleh K epala dinas (Kadis) Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau Irwan Effendi   sesampainya didepan rumah kepala desa Teluk Binjai kepada Gurindam12 (G12) Cerita expedisi ini bermula pada Senin (31/11) siang, Tim Expedisi Merah berangkat menuju Tasik Besar  yang berada dis ungai Serkap Semenanjung Kampar Kab upaten Pelalawan , guna menemukan ikan endemik diwilayah tersebut yang belum diketahui jenis dan namanya untuk dilakukan identifikasi.

Hutan Disepanjang Gunung Jadi, Merupakan Sumber Vital Bagi Masyarakat

  Expedisi Gunung Djadi. Kabupaten Kampar-Riau Gemuruh air sungai yang mengalir deras disepanjang jalan menuju Desa Sungai Santi seolah-olah   menyambut kedatangan Tim Ekspedisi 12|12 (Ekspedisi di 2012 bersama dengan Gurindam12) yang dilaksanakan pada 29 desember 2011 sampai dengan 3 Januari 2012 waktu yang lalu. Secara administrasi Desa Sungai Santi berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Suasananya yang begitu alami membuat kami selalu takjub memandang aliran sungai santi yang bersih dan alami, belum lagi dengan pemandangan yang elok membuat kaki kami yang sedari tadi berjalan tak pernah merasa penat. Beberapa ibu-ibu yang kami temui di sepanjang aliran sungai santi tengah sibuk melakukan aktifitas mereka masing-masing, mulai dari mencuci, mandi tengah asik bercengkrama dengan menggunkan logat khas asli penduduk kampar kiri hulu, saat kami mencoba melintasi kawasan aliran sungai tersebut untuk melaksanakan pendakian ke Gunung Jadi.