Masyarakat dunia saaat ini semakin
sadar akan bahaya yang ditimbulak oleh pemakian bahan kimia sintetis dalam
pertanian, masyarakat semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi
kesehatan dan ramah lingkungan.
Alasan kesehatan dan kelestarian
alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian
modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari input
bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik.
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian
yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan
serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.
Namun, petani sering mengeluhkan
hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan
terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sebenarnya terletak pada
bagaimana cara mengolah pertanian organic ini supaya menajadi sukses.
Beberapa langkah dalam
menjalankan pertanian organik.
1. Lahan
maksudnya disini adalah lahan yang digunakan untuk lahan produksi haruslah
bebas dari bahan kimia baik dari pupuk serta penggunaan pestisida kimia.
2. Penggunaan
pupuk organic yang terbuat dari bahan-bahan organic seperti pangaksan daun
tanaman, kotoran ternak, sisa tanaman, dan sampah organic yang telah do
komposkan.
3. Pengelolaan
kesuburan tanah di titik beratkan dengan mengandalkan perbaikan aktifitas
biolagi, serta fisik dan kimia tanah.
Tanah sangat kaya akan keragaman
mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan
virus. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per
gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas
mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang
menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik,
re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat,
merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara.
Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran
penting mikroba tersebut.
Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi
kebutuhan hara tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama
nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang
kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata
lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl.
Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP
36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton kompos/ha. Jumlah
kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan berimplikasi
pada naiknya biaya produksi.
Faktor lain yang mendukung pertanian oganik ini adalah
dalam hal teknologi budidaya
Benih tidak boleh berasal dari produk hasil rekaayasa
genetic, sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organic. Pengendalian
hama, penyakit, dan gulma sebaiknya gunakan cara mekanik, seperti mencabuti
tanaman yang terserang penaykit, serta menggunakan pestisida nabati
Komentar
Posting Komentar