Langsung ke konten utama

Potesa Mami (Our Story)

Film yang mengisahkan perjuangan masyarakat Balaesang Tanjung Kabupaten Dongala Provinsi Sulawesi Tengah dalam memperjuangan wilayahnya dari pertambangan. Film yang digagas oleh Perkumpulan Telapak dan Gekko Studio atas dukungan Siemenpuu Foundation, ini memperlihatkan bahwa masih lemahnya pemerintah menangani dan mengeluarkan kebijakan mengenai pertambangan.

Film yang dikisahkan oleh warga desa Malei ini begitu memilukan hati. Dimana protesnya masyarakat Balaesang Tanjung yang berujung konflik dipicu oleh Bupati Donggala Habir Ponulele dengan menerbitkan surat izin ekplorasi No188.45/0288/DESDM/2010 kepada PT. Cahaya Manunggal Abadi (PT.CMA) 



Belum selesai dengan konflik ini, DPRD Donggala mengesahkan PERDA No. 1 Tentang RTRW Kabupaten Donggala tahun 2012, yang mana salah satu isinya menetapkan wilayah kecamatan Balaesang Tanjung, Kab. Donggala Sulawesi Tengah sebagai wilayah pertambangan.

Pada tanggal 17 Juli 2012, terjadilah tragedi berdarah dengan tewasnya masyarakat Balaesang Masdudin alias Sando. Empat warga mengalami luka-luka dan ini merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa telah terjadi kekerasan oleh aparat kepolisian Resort Donggala terhadap warga Balesang Tanjung.


"Kami tidak menyangka kalo aparat seperti itu, katanya aparat itu seperti pengayom. tapi kenyataannya kepada kami tidak. Kami dikejar sampai masuk ke dalam hutan.Yang paling sedihnya itu kalo malam, dari dalam hutan kami melihat cahaya dari lampu sorot rasanya kampung kami sudah jauh sekali. dan penabgkap tersebut sudah sangat-sangt tidak manusiawi," ujar Iklima warga desa Malei

Dengan mata yang berkaca-kaca sambil menahan tangis, iklima meneruskan kisahnya. "kami sudah tidak tahu lagi kepada siapa kami mengadu, akirnya kami melakukan pengerusakan."

***
Harapan Baru Dengan MK35

Masyarakat kerap kali terabaikan ketika kekuatan modal berbicara. Perlu upaya untuk membangun kekuatan kolektif agar mereka mampu melindungi asset tanah yang menjadi hak mereka, munculnya keputusan Mahkamah Konstitusi no. 35/2012 menjadi pintu masuk untuk memulai mengembalikan kedaulatan atas pengelolaan tanah kepada masyarakat.



#ditulis pada tanggal 10 Juni 2014

Link Film : https://vimeo.com/96913682

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramin-Ramin Itu Telanjang Berdiri

Catatan Perjalanan April 2012 Ramin-ramin itu telanjang berdiri. Ramin ini berada di kawasan konsesi HTI PT. SRL Ini adalah perjalanan saya dengan teman-teman jurnalis Pekanbaru bersama Eye on the Forest (EoF) menelusuri Ramin di Pulau Rupat. EoF ini merupakan lembaga koalisi LSM Lingkungan di Riau, Sumatera: WALHI Riau, Jikalahari (Jaringan Penyelamat Hutan Riau) dan WWF-Indonesia Program Riau. Ya perjalanan kami menuju Pulau Rupat untuk melihat secara langsung keberadaan pohon Ramin yang katanya hampir mengalami ‘kepunahan.’

Expedisi Merah, Sungai Serkap (1)

“Saya belum pernah melihat bagai mana bentuk dari ikan merah itu sendiri, hanya hanya mendengar berita dari mulut-kemulut mengenai ikan merah ini. Ditambah lagi katanya ikan ini hanya ditemukan diwilayah tasik ini.” Begitu yang disampaikan oleh K epala dinas (Kadis) Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau Irwan Effendi   sesampainya didepan rumah kepala desa Teluk Binjai kepada Gurindam12 (G12) Cerita expedisi ini bermula pada Senin (31/11) siang, Tim Expedisi Merah berangkat menuju Tasik Besar  yang berada dis ungai Serkap Semenanjung Kampar Kab upaten Pelalawan , guna menemukan ikan endemik diwilayah tersebut yang belum diketahui jenis dan namanya untuk dilakukan identifikasi.

Hutan Disepanjang Gunung Jadi, Merupakan Sumber Vital Bagi Masyarakat

  Expedisi Gunung Djadi. Kabupaten Kampar-Riau Gemuruh air sungai yang mengalir deras disepanjang jalan menuju Desa Sungai Santi seolah-olah   menyambut kedatangan Tim Ekspedisi 12|12 (Ekspedisi di 2012 bersama dengan Gurindam12) yang dilaksanakan pada 29 desember 2011 sampai dengan 3 Januari 2012 waktu yang lalu. Secara administrasi Desa Sungai Santi berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Suasananya yang begitu alami membuat kami selalu takjub memandang aliran sungai santi yang bersih dan alami, belum lagi dengan pemandangan yang elok membuat kaki kami yang sedari tadi berjalan tak pernah merasa penat. Beberapa ibu-ibu yang kami temui di sepanjang aliran sungai santi tengah sibuk melakukan aktifitas mereka masing-masing, mulai dari mencuci, mandi tengah asik bercengkrama dengan menggunkan logat khas asli penduduk kampar kiri hulu, saat kami mencoba melintasi kawasan aliran sungai tersebut untuk melaksanakan pendakian ke Gunung Jadi.