Langsung ke konten utama

Ekspedisi Merah, Sungai Serkap (Bag 2)

  • Enaknya Menikmati Makanan Khas Teluk Binjai

Siapa sangka expedisi yang kami lakukan diatas sungai ini membawa kami dapat menikmati makanan khas masyarakat teluk binaji, dan rasa-rasanya keberuntungan bertubi-tubi datang kepada kami sudahlah mendapatkan pemandangan alam yang exotis ditambah lagi dapat mencicipi makanan yang satu ini.

Siapa yang tidak kenal dengan makanan yang satu ini bersumber dari ikan yang dibungkus dengan daun pisang, lezat, gurih, serta aromanya yang khas saat dibakar ditambah lagi makanan ini hampir sering ditemui di Desa Teluk Binjai. Ya,,,nama makanan ini adalah salai telur.

Makanan ini hampir dapat ditemui didesa teluk binjai, lantaran rata-rata mata pencarian masyarakat teluk binjai ini adalah nelayan. Jadi wajar saja jika makanan ini menjadi makanan khas masyarakat teluk binjai.
Salah satu masyarakat yang sedang mencari ikan kedalam sungai serkap ini adalah bapak Nasir, ia mengantarkan kami menuju pondok kecilnya yang biasanya ia gunakan untuk mengasapi ikan dan beristirahat.

“salai telur itu merupakan kumpulan dari telur ikan yang saya dapat, telurnya dikumpulkan saat ikan dibersihkan untuk dijadikan ikan salai. Cara pembuatan telur ikan salai ini mudah saja, cuci dulu telur ikannya campur dengan garam, bawang merha dan bawang putih yang telah dihaluskan. Kemudian diletakan diatas daun dan kemudian lipat baru setelah itu di bakar diatas bara,” ujar nasir

Seusai bercerita ia menyuguhi kami ikan salai serta salai telur ikan. Kami pun tertarik untuk mencoba mencicipi salai telur ikan ini, dan ternyata lezat sekali telur yang dijadikan salai ini. Sudahlah makanan ini lezat, kaya akan kandungan gizi ditambah lagi ikan yang didapat dari sungai ini tergolong organic.

Begitu kayanya sumber daya alam sungai serkap ini, hal ini dibuktikan dari tangkapan nelayan banyak ditemukan  jenis ikan disungai ini. Beberapa diantaranya adalah ikan Tomang,  ikan Putting Beliung, ikan Setumbuk, ikan Sepotang, ikan Setambun, ikan Bade dan ikan Selincak.

Namun sayang sumber daya alam itu dicemari oleh asamnya air gambut dikarenakan adanya pembukaan areal gambut dengan cara pembuatan kanal. Dan tentu saja kanal yang digali mereka membuat air yang didalam gambut tersebut mengalir keluar ditambah lagi air gambut yang keluar tersebut mengandung asam sehingga membuat beberapa ikan yang berada disungai itu menjadi mati karena tidak tahan dengan kadar keasaman air tersebut.

Lamin yang merupakan masyarakat Teluk Binjai yang juga merupakan penuntun kami untuk menuju Tasik Besar mengakui bahwa saat ini ikan yang didapat jumlahnya berkurang akibat tingginya kadar keasaman air dari sungai serkap ini.

“Liat saja ikan yang dibawah itu banyak mati, itu dikarenakan saat ini kadar asam airnya tinggi. Belum lagi iar hujan juga membawa pengaruh asamnya sungai ini, bahkan semakin parah saat adanya beberapa perusahan membuat kanal dilahan gambut, menambah kadar keasaman sungai serkap ini” ujar lamin seraya menunjukan ikan mati yang berada di bawah pondok yang sedang kami tumpangi ini.

Dan benar saja disepanjang perjalanan kami banyak kami temukan ikan yang mati di sungai serkap ini, tak taknggung-tanggung ikan yang mati hampir berukuran besar. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramin-Ramin Itu Telanjang Berdiri

Catatan Perjalanan April 2012 Ramin-ramin itu telanjang berdiri. Ramin ini berada di kawasan konsesi HTI PT. SRL Ini adalah perjalanan saya dengan teman-teman jurnalis Pekanbaru bersama Eye on the Forest (EoF) menelusuri Ramin di Pulau Rupat. EoF ini merupakan lembaga koalisi LSM Lingkungan di Riau, Sumatera: WALHI Riau, Jikalahari (Jaringan Penyelamat Hutan Riau) dan WWF-Indonesia Program Riau. Ya perjalanan kami menuju Pulau Rupat untuk melihat secara langsung keberadaan pohon Ramin yang katanya hampir mengalami ‘kepunahan.’

Expedisi Merah, Sungai Serkap (1)

“Saya belum pernah melihat bagai mana bentuk dari ikan merah itu sendiri, hanya hanya mendengar berita dari mulut-kemulut mengenai ikan merah ini. Ditambah lagi katanya ikan ini hanya ditemukan diwilayah tasik ini.” Begitu yang disampaikan oleh K epala dinas (Kadis) Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau Irwan Effendi   sesampainya didepan rumah kepala desa Teluk Binjai kepada Gurindam12 (G12) Cerita expedisi ini bermula pada Senin (31/11) siang, Tim Expedisi Merah berangkat menuju Tasik Besar  yang berada dis ungai Serkap Semenanjung Kampar Kab upaten Pelalawan , guna menemukan ikan endemik diwilayah tersebut yang belum diketahui jenis dan namanya untuk dilakukan identifikasi.

Hutan Disepanjang Gunung Jadi, Merupakan Sumber Vital Bagi Masyarakat

  Expedisi Gunung Djadi. Kabupaten Kampar-Riau Gemuruh air sungai yang mengalir deras disepanjang jalan menuju Desa Sungai Santi seolah-olah   menyambut kedatangan Tim Ekspedisi 12|12 (Ekspedisi di 2012 bersama dengan Gurindam12) yang dilaksanakan pada 29 desember 2011 sampai dengan 3 Januari 2012 waktu yang lalu. Secara administrasi Desa Sungai Santi berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Suasananya yang begitu alami membuat kami selalu takjub memandang aliran sungai santi yang bersih dan alami, belum lagi dengan pemandangan yang elok membuat kaki kami yang sedari tadi berjalan tak pernah merasa penat. Beberapa ibu-ibu yang kami temui di sepanjang aliran sungai santi tengah sibuk melakukan aktifitas mereka masing-masing, mulai dari mencuci, mandi tengah asik bercengkrama dengan menggunkan logat khas asli penduduk kampar kiri hulu, saat kami mencoba melintasi kawasan aliran sungai tersebut untuk melaksanakan pendakian ke Gunung Jadi.